Oleh: dr. Dewi Ema Anindia
Sesuai dengan studi yang dilaporkan di Jurnal of Clinical Oncology pada bulan April 2013 menyatakan bahwa perokok memiliki resiko kematian yang tinggi atau rendahnya remisi dari kanker kolon (usus besar) setelah operasi kolon dibandingkan dengan individu yang tidak merokok. Penelitian ini dilakukan oleh Amanda Phipps, dari Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle, mencakup 2000 subjek yang dilakukan reseksi kolon (operasi kolon), dimana pada hasil penelitian didapatkan bahwa 74% subjek yang tidak merokok tetap bebas dari kanker 3 tahun setelah operasi dibandingkan 70% dari subjek yang merokok.
Menurut American Cancer Society (ACS), beberapa bahan dalam rokok dapat menyatu dengan ludah seseorang yang nantinya dapat menyebabkan kanker kolon atau kanker lainnya. ACS mengestimasi sebanyak 102.500 orang America akan didiagnosa dengan kanker kolon dan rektum pada tahun 2013, dan sebanyak 40.000 penderita tersebut akan meninggal akibat penyakit tersebut.
Amanda Phipps dan kolega menemukan bahwa perokok dengan kanker kolon memiliki angka kematian lebih tinggi dibandingkan dengan yang bukan perokok. Pada studi terbaru ini, Phipps dan kolega menganalisa 2000 orang antara tahun 2004 dan 2005 setelah orang tersebut melakukan operasi kolon namun sebelum mereka diterapi lebih lanjut. Dari 2000 orang tersebut, sebanyak 931 orang tidak merokok dan 1.028 orang merokok paling sedikit 100 batang pertahun sepanjang hidup mereka.
Phipps dan kolega menemukan bahwa orang yang merokok memiliki resiko kematian lebih tinggi sebanyak 23% atau kembali sakit kanker lagi dalam waktu 3 tahun. Perbedaan lebih terlihat lagi pada 140 orang yang mengaku merokok saat didiagnosa dengan kanker kolon, sebanyak 47% dari kelompok tersebut kembali sakit kanker setelah 3 tahun atau meninggal dibandingkan dengan kelompok yang tidak merokok. Peneliti menemukan bahwa merokok memiliki prognosis yang lebih buruk khusus untuk tumor-tumor dengan pola genetik tertentu seperti tumor-tumor dengan mutasi KRAS. Phipps mengatakan, bahwa terdapat perbedaan yang sangat bermakna, sangat terlihat bahwa perokok memiliki prognosis yang lebih buruk. Merokok bukan hanya saja memicu kanker namun penyakit-panyakit lain seperti penyakit jantung dan lainnya.
Phipps mengatakan bahwa sangat baik bila dalam suatu penelitian kita bisa menemukan sesuatu yang dapat menambahkan pesan moral untuk masyarakat.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Powered by Telkomsel BlackBerry®